Acehreportase.id|Aceh Besar — Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry Ustaz Gamal Achyar Lc MSh menguraikan tiga amalan yang kalau dilakukan dengan penuh keikhlasan dan konsisten, pahala dari amalan tersebut setara dengan ibadah haji dalam khubah Jumat di Masjid Al-Hidayah Dusun Meusara Agung, Gue Gajah, Kecamatan Darul Imarah, 23 Mei 2025 bertepatan dengan 25 Dzulqa’dah 1446 H.
“Tiga amalan tersebut yaitu konsisten shalat jamaah lima waktu di masjid dan shalat dhuha, zikir setelah shalat shubuh berjamaah sampai terbit matahari, lalu shalat dua rakaat, serta pergi ke masjid menuntut ilmu atau mencari kebaikan,” ungkapnya.
Ustaz Gamal Achyar menjelaskan yang pertama, shalat berjamaah lebih utama dibanding shalat sendirian. Selain mendapatkan pahala dua puluh tujuh kali lipat, shalat berjamaah di masjid juga dilimpahkan pahala ibadah haji bila dilakukan terus-menerus. Sementara orang yang mengerjakan shalat dhuha di masjid dihadiahi pahala ibadah umrah.
Penjelasan ini didasarkan pada hadits riwayat Abu Umamah bahwa Rasulullah berkata, yang artinya, “Siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk menunaikan shalat fardhu akan diberikan pahala ibadah haji. Sementara orang yang keluar rumah untuk mengerjakan shalat dhuha dan tidak ada tujuan lain selain itu, maka akan diberikan pahala umrah.” (HR Abu Daud).
Ustaz Gamal Achyar menjelaskan ibadah yang kedua, sikir setelah shalat shubuh berjamaah sampai terbit matahari, lalu shalat dua rakaat. Selain shalat lima waktu, orang yang berzikir setelah shalat shubuh juga diberikan pahala ibadah haji dan umrah. Syaratnya, dia harus tetap berzikir di masjid sampai terbit matahari, kemudian mengerjakan shalat sunnah dua rakaat.
Hal ini berdasarkan riwayat dari Anas bahwa Rasulullah berkata, yang artinya, “Siapa yang mengerjakan shalat subuh berjamaah, kemudian dia tetap duduk sambil zikir sampai terbit matahari dan setelah itu mengerjakan shalat dua rakaat, maka akan diberikan pahala haji dan umrah,” (HR At-Tirmidzi).
Ali Mula Al-Qari dalam Mirqatul Mafatih menjelaskan, yang dimaksud zikir dalam hadits di atas tidak sebatas melafalkan kalimat zikir, tetapi juga termasuk thawaf bagi orang yang berada di masjidil haram, serta majelis ilmu dan agama. Hal itu dilakukan sampai terbit matahari dan sekira matahari setinggi tombak, sekitar lima belas menit setelah terbitnya matahari, disunahkan shalat dua rakaat. Shalat dua rakaat itu dinamakan dengan shalat sunah isyraq.
Selanjutnya Ustaz Gamal Achyar menambahkan ibadah yang ketiga, pergi ke masjid untuk menuntut ilmu atau mencari kebaikan. Tidak hanya ibadah shalat yang mendapatkan pahala haji dan umrah, menuntut ilmu dan mengajar di masjid pun diberikan pahala ibadah haji.
Abu Umamah meriwayatkan bahwa Rasulullah berkata, yang artinya, “Siapa yang berangkat ke masjid hanya untuk belajar kebaikan atau mengajarkannya, diberikan pahala seperti pahala ibadah haji yang sempurna hajinya,” (HR At-Thabarani).
“Meskipun ketiga amalan di atas diberikan pahala ibadah haji dan umrah, bukan berarti orang yang mengerjakan amalan tersebut tidak diwajibkan haji dan umrah. Kewajiban haji dan umrah tetap berlaku bagi siapapun. Pahala ketiga amalan di atas diserupakan dengan pahala ibadah haji dan umrah bertujuan untuk memotivasi umat Islam untuk melakukannya,” ungkapnya.
Pada bagian lain khutbahnya, Ketua Yayayan Dayah Samudera Pasai Madani Aceh Besar ini menyampaikan, ibadah haji adalah ibadah wajib dan salah satu rukun iman yang ke lima. Kewajiban menjalankan ibadah tahunan tersebut hanyalah bagi orang yang mampu. Orang yang mampu dalam hal ini orang yang dikehendaki oleh Allah Swt, bukan mampu semata secara harta saja.
“Banyak diantara hamba Allah yang punya banyak harta, namun belum bisa menunaikannya, seperti tidak adanya itikad dalam hati, terkendala aturan, sakit, dan bahkan keburu wafat. Itu semua sekenario Allah terhadap hambanya. Kemampuan dalam menjalankan ibadah haji bukan karena punya banyak harta, namun juga itikad kuat dalam hati,” ujarnya.
Menurut Ustaz Gamal Achyar, banyak diantaranya orang yang berkecukupan bahkan berpenghasilan rendah bisa menunaikan ibadah haji, itu karena itikadnya yang kuat dengan menabung bertahun-tahun. Intinya semua hamba mempunyai kesempatan itu, tergantung dirinya mau memaksakan atau tidak.
“Selain itu, tentu saja ada cara lain yang dapat ditempuh untuk memperoleh pahala haji, yaitu dengan cara memperbanyak amalan, yang setara dengan pahala ibadah haji bagi mereka yang belum mempunyai kesempatan,” pungkasnya. (Sayed M. Huen)